Anggrek Coelogyne Pandurata
habitat
anggrek
Habitat tanaman
anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
§ Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada
pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya
matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 – 75 %.
§ Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan
membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp.,
Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp.
Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
§ Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan,
dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium
phalaenopsis.
§ Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang
mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya
matahari, misalnya Goodyera sp.
virus ganas anggrek
Dactylorhiza
foliosa termasuk anggrek species asli pulau Madeira. Seiring
dengan permintaan yang tinggi akan anggrek ini, maka pengembangan kultur
jaringan komersial skala besar terus digalakkan hingga kuantitasD.foliosa tersedia
secara masal sebagai tanaman hias kebun yang bernilai tinggi.
Pada
Juni 2005, telah ditemukan suatu sampel D.filosa yang
menunjukkan gejala bercak klorosis. Sampel ini kemudian diteliti lebih lanjut
oleh beberapa peneliti dari Central
Science Laboratory di Inggris diantaranya A. Skelton, M. Daly,
T. Nixon dkk, untuk mengidentifikasi sejumlah virus yang diduga menginfeksi
anggrek ini termasuk diantaranya Tomato
spotted wilt virus, Impatiens necrotic spot virus, Cymbidium mosaic virus,
Odontoglossum ringspot virus dan Bean yellow mosaic virus (BYMV).
Subsekuen eksaminasi dengan transmisi mikroskop elektron menditeksi adanya form
partikel-partikel virus dengan ukuran lebar sekitar 750 nm.
Penemuan
ini dikonfirmasi dengan RT-PCR dengan desain primer sekuen BYMV seperti yang
tersedia di gen bank (BYMV F 5’-GGTGAATGGACHATGATGGATGG and BYMV R 5’-CAAGCATGGTGTGCATAT
GCATATCACG; CSL). Terakhir, partikel virus ini ditransmisi kedalam 2 species
indicator dengan inokulasi mekanis. Gejala pada daun di observasi pada
species Chenopodium quinoa (klorois
lokal) dan Nicotiana
benthamiana (distorsi dan mozaik). Test ELISA (Enzyme-Linked
ImmunoSorbent Assay) atas tanaman indikator ini akhirnya menunjukkan gejala
serangan dari BYMV. BYMV adalah penyakit yang umum pada tanaman kacang-kacangan
dan inang lainnya (Bos, 1970). Pertama kali diidentifikasi di Inggris pada 1930
sebagai “pea mozaikâ€. Dan pada tahun 1995 telah dilaporkan untuk pertama
kalinya serangan virus ini pada berbagai jenis anggrek di Amerika, Jerman dan
Jepang (Lawson & Hsu, 1995). Akhirnya hasil penelitian pada pertengahan
tahun 2005 inilah, untuk pertama kalinya BYMV menginfeksi anggota dari
genus Dactylorhiza.
Diharapkan
fakta ilmiah ini dapat menggugah kewaspadaan negara basis anggrek seperti
Indonesia untuk lebih memperketat mobilitas anggrek dari luar negeri atau
masuknya materi-materi pembawa penyakit dari luar ke dalam Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar