CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 13 Juli 2013




Anggrek Coelogyne Pandurata
Sabtu,14 juli

habitat anggrek



Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

§  Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 – 75 %.

§  Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp.
Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis 
Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.

§  Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.

§  Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.





virus ganas anggrek








Dactylorhiza foliosa termasuk anggrek species asli pulau Madeira. Seiring dengan permintaan yang tinggi akan anggrek ini, maka pengembangan kultur jaringan komersial skala besar terus digalakkan hingga kuantitasD.foliosa tersedia secara masal sebagai tanaman hias kebun yang bernilai tinggi.

Pada Juni 2005, telah ditemukan suatu sampel D.filosa yang menunjukkan gejala bercak klorosis. Sampel ini kemudian diteliti lebih lanjut oleh beberapa peneliti dari Central Science Laboratory di Inggris diantaranya A. Skelton, M. Daly, T. Nixon dkk, untuk mengidentifikasi sejumlah virus yang diduga menginfeksi anggrek ini termasuk diantaranya Tomato spotted wilt virus, Impatiens necrotic spot virus, Cymbidium mosaic virus, Odontoglossum ringspot virus dan Bean yellow mosaic virus (BYMV). Subsekuen eksaminasi dengan transmisi mikroskop elektron menditeksi adanya form partikel-partikel virus dengan ukuran lebar sekitar 750 nm.

Penemuan ini dikonfirmasi dengan RT-PCR dengan desain primer sekuen BYMV seperti yang tersedia di gen bank (BYMV F 5’-GGTGAATGGACHATGATGGATGG and BYMV R 5’-CAAGCATGGTGTGCATAT GCATATCACG; CSL). Terakhir, partikel virus ini ditransmisi kedalam 2 species indicator dengan inokulasi mekanis. Gejala pada daun di observasi pada species Chenopodium quinoa (klorois lokal) dan Nicotiana benthamiana (distorsi dan mozaik). Test ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay) atas tanaman indikator ini akhirnya menunjukkan gejala serangan dari BYMV. BYMV adalah penyakit yang umum pada tanaman kacang-kacangan dan inang lainnya (Bos, 1970). Pertama kali diidentifikasi di Inggris pada 1930 sebagai “pea mozaik”. Dan pada tahun 1995 telah dilaporkan untuk pertama kalinya serangan virus ini pada berbagai jenis anggrek di Amerika, Jerman dan Jepang (Lawson & Hsu, 1995). Akhirnya hasil penelitian pada pertengahan tahun 2005 inilah, untuk pertama kalinya BYMV menginfeksi anggota dari genus Dactylorhiza.

Diharapkan fakta ilmiah ini dapat menggugah kewaspadaan negara basis anggrek seperti Indonesia untuk lebih memperketat mobilitas anggrek dari luar negeri atau masuknya materi-materi pembawa penyakit dari luar ke dalam Indonesia.

0 komentar: